Jumat, 05 Agustus 2016

Tradisi Mushaf NTB

Antara Keraton dan Masyarakat
Tradisi Mushaf Al-Qur’an di Nusa Tenggara Barat

Dalam rangka Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) Nasional ke-26 di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), 30 Juli-6 Agustus 2016, Lajnah menerbitkan katalog Khazanah Mushaf Al-Qur'an Nusa Tenggara Barat. Buku kecil ini memberikan gambaran singkat mengenai tradisi mushaf Al-Qur’an di Nusa Tenggara Barat
Katalog.
Berdasarkan penelusuran berbagai koleksi, baik di Pulau Lombok, Sumbawa, dan tempat lainnya, terkumpul 29 naskah mushaf seperti yang terkumpul dalam katalog ini. Tentu jumlah ini merupakan angka sementara, karena masih ada koleksi di tangan masyarakat yang belum terdokumentasi. Ke-29 mushaf yang terhimpun dalam katalog ini diklasifikasi dalam lima kelompok, yaitu mushaf asal Kesultanan Bima 2 naskah, mushaf asal Kesultanan Sumbawa 5 naskah, mushaf koleksi Museum Negeri NTB di Mataram 15 naskah, koleksi mushaf yang tersebar di beberapa tempat 5 naskah, serta 2 naskah tambahan lainnya merupakan cetakan Singapura abad ke-19 yang disalin oleh penulis asal Sumbawa.
Secara garis besar, sejumlah koleksi mushaf dalam katalog ini menggambarkan adanya dua tradisi dalam mushaf di NTB, yaitu tradisi keraton yang diwakili oleh beberapa mushaf dari Kesultanan Bima dan Kesultanan Sumbawa, dan tradisi masyarakat seperti yang dapat dilihat dalam sejumlah koleksi mushaf di Museum Negeri NTB dan beberapa mushaf lainnya, termasuk yang saat ini masih di tangan masyarakat, serta sebuah Qur'an asal Lombok Utara yang saat ini menjadi koleksi Art Gallery of South Australia di Adelaide, Australia.
Bagian awal katalog menampilkan sejumlah contoh mushaf Kesultanan Bima dan Kesultanan Sumbawa. Mushaf-mushaf ini, yang sejak zaman dahulu disimpan di keraton, menjadi bahan bandingan yang penting untuk melihat keragaman tradisi mushaf dari kawasan ini. Bagian selanjutnya menampilkan contoh-contoh mushaf yang berkembang di masyarakat Lombok.
Bagian akhir katalog ini menyertakan dua mushaf cetakan litografi Singapura. Dua mushaf tersebut layak disertakan di sini untuk menggambarkan kontribusi dan kehebatan penyalin asal Nusa Tenggara yang pada paruh akhir abad ke-19 menjadi penulis mushaf Al-Qur’an di negeri Singapura. Kedua penyalin dengan tulisan indah itu bernama, seperti yang tertulis di kolofon, yaitu Haji Muhammad bin al-marhum Sulaiman Sumbawi dan Muhammad Hanafi bin Sulaiman as-Sumbawi. 

Mushaf Kesultanan Bima.

Mushaf Kesultanan Sumbawa.

Koleksi Museum Negeri NTB, Mataram. 

Koleksi AGSA, Adelaide, Australia.

Mushaf cetakan Singapura, abad ke-19.

Artikel terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar